Hidup itu seperti gelombang
ombak, yang kadang naik dan kemudian turun. Ada kalanya kita berada di atas ada
pula masa kita berada di bawah bahkan bisa jadi kita berada di titik terendah
dalam hidup.
Menjalani hidup yang naik
turun ini tentu tak semudah yang dibayangkan, karena apa yang kita bayangkan
sering kali sangat berbeda dengan kenyataan yang harus kita hadapi, kebahagiaan
yang kita impikan pun berakhir dalam angan-angan. Namun itu semua tergantung
persepsi kita tentang ukuran kebahagiaan itu sendiri. Ukuran atau patokan yang
dipakai untuk mengetahui apakah kita bahagia dalam menjalani hidup atau malah
sebaliknya, kita merasa hidup ini begitu kejam kepada kita.
Seyogyanya kita sebagai
manusia memandang bahwa apa yang terjadi dalam hidup ini adalah sebuah
skenario Tuhan yang harus kita perjuangkan. Maka seperih apa pun skenario ini
kita tetap menjalaninya dengan penuh kesabaran dan keihklasan dan dengan terus
berjuang memperbaiki hidup.
Rasa syukur. Ya, rasa
syukurlah yang paling tepat untuk kita jadikan sebagai tolok ukur sebuah
kebahagiaan dalam hidup. Seperih apa pun hidup kalau kita menjalaninya dengan
rasa syukur niscaya kita akan selalu tenang dan damai. Karena tidak dipungkiri
juga mereka yang bergelimangan harta masih saja merasakan kegamangan dalam
hidup.
Susah senang kuncinya kita
harus bersyukur. Karena untuk mendapatkan kebahagiaan bukan dengan materi yang
berlimpah, bukan dengan status sosial yang terpandang, akan tetapi dengan kita
mempertajam rasa syukur kitalah kebahagiaan itu tercipta.
“Bukan Kebahagiaan Yang Patut
Kita Syukuri, Tetapi dengan Rasa Syukurlah Kita Bahagia” (Dikutip dari status
FB Uca Sudrajat)
Kita sebagai manusia yang
lemah, dan merupakan muara dari salah dan lupa ini terkadang harus
tertatih-tatih untuk memahami bagai mana rasa syukur itu tumbuh. Tak jarang
pula kita melupakan bahwa di balik semua peristiwa yang terjadi pada kita
memiliki hikmah yang tersembunyi. Tanpa rasa syukur dan pikiran yang jernih
hikmah itu tak kan mampu kita raih.
Kita sering kali gelap mata,
menganggap bahwa cobaan yang menimpa kita adalah sesuatu yang sangat buruk,
bahkan tak jarang kita memaki-maki Tuhan dan mengatakan bahwa Tuhan telah
memperlakukan kita dengan tidak adil. Kita yang serba kekurangan harus bersusah
payah mempertahankan hidup sedangkan yang lain dengan mudahnya mendapatkan apa
yang mereka inginkan dan tak jarang mereka memubajirkannya. Pernahkah berpikir
seperti itu?
Padahal kalau saja kita lebih
mensyukuri hidup yang sederhana ini, kebahagiaan itu akan datang dengan
sendirinya tanpa perlu dicari. Bahkan kebahagiaan yang kita miliki akan lebih
bernilai harganya.
Semuanya hanya tentang
bagaimana kita bersyukur. Namun bukan berarti kita tak mau keluar dari zona
aman kita, bukan berarti kita harus betah dengan atap rumah yang bocor, bukan
berarti kita mesti senang dengan pakaian yang lusuh. Akan tetapi kita
mensyukuri hidup yang kita miliki dan terus berusaha untuk memperbaikinya.
Ikhlas, sabar dan tawakal.
Ya, bagi yang saat ini di
anugerahi kehidupan yang sederhana, berbahagialah dan syukuri apa yang kita
punya hari ini dan hari-hari yang akan datang. Teruslah berusaha dan kerja
keras untuk memperbaiki kehidupan sehingga mampu berbagi kebahagiaan bersama
orang-orang di sekitar kita. Jangan minder dan merasa terkucilkan oleh mereka
yang mempunyai materi lebih dari kita. Tetaplah berbaik sangka dan menyadari
bahwa semuanya telah direncanakan oleh Tuhan kita semua, dan yakin bahwa semua
ada hikmahnya.
Dan bagi mereka yang saat ini
bergelimangan harta benda, ingatlah untuk tetap bersyukur atas kehidupan yang
telah Tuhan berikan. Dan tetaplah untuk mengingat bahwa semua apa yang dimiliki
hanyalah sebuah titipan dari Tuhan. Sehingga ketika Tuhan kembali mengambil
titipannya kita sudah siap menerima segala kemungkinan dan tetap bersyukur.
Seyogyanya kita sebagai umat
manusia yang sebangsa dan seagama adalah saudara maka di mana ada saudara yang
tengah membutuhkan kita selayaknya berusaha untuk membatu, baik itu tenaga
pikiran maupun materi. Ketika seluruh umat manusia sudah saling membantu dan mengingatkan
untuk tetap mensyukuri hidup, bukan lagi sebuah impian untuk terwujudnya
masyarakat yang damai dan sentosa.