Dalam
kehidupan tentu harus adanya sebuah impian atau cita-cita. Seseorang yang tidak
memiliki impian berarti ia tidak mengharapkan datangnya masa depan, masa depan
yang pada akhirnya akan datang dan harus dijalani. Masa depan itu memang sebuah
misteri dan apa yang kita impi-impikan terkadang tak jadi kenyataan, karena
mungkin Tuhan berkehendak lain.
Ketika
masih SD pasti kita pernah ditanya oleh guru kita dengan pertanyaan seperti ini
“De kalo udah gede mau jadi apa?” jawabannya pun beragam, ada yang menjawab
ngin menjadi dokter, polisi, guru, bahkan kiai. Namun jawaban-jawaban kita
perlahan memudar dan bergeser, hanya sedikit yang tetap dengan jawaban semula
dan mampu mewujudkannya.
Seiring
berjalannya waktu, kita menjadi lebih banyak tahu mengenai apa yang kita
impikan, sebuah cita-cita tentang peran yang akan kita ambil di masa depan. Sehingga
sangat wajar apabila kita memiliki impian berbeda ketika kita masih SD dengan
kita yang baru saja lulus SMA.
“Aku
ingin jadi guru?” sebuah impian di masa kecil dulu yang pernah saya ucapkan
ketika menjawab pertanyaan sang guru. Akan tetapi dengan bertambahnya usia dan
berkembangnya pola pikir, saya mempunyai spekulasi bahwa menjadi seorang guru
adalah sebuah tuntutan hidup. Karena bagi setiap orang yang berilmu mempunyai
kewajiba untuk mengamalkannya, dan mengamalkan ilmu berarti menjadi guru.
Terikat atau pun tidak tetaplah seorang guru.
Dengan
spekulasi saya itu, kemudian saya menyusun impian baru yang memang itu bukan
menjadi sebuah tuntutan, dan itu menjadi pure sebuah impian. “Saya mempunyai
impian untuk menjadi seorang penulis.” Ya, saya ingin menjadi penulis, karena
bagi saya, menulis itu berarti menjadi guru, sahabat, dan idola. Dengan
menulis kita bisa membuat orang senang, sedih, dan berbagi pengetahuan. Namun
ternyata menjadi penulis itu bukan sesuatu yang mudah. Harus ada kerja keras
dan konsistensi untuk terus melatih skill menulis kita.
Dalam
cerpen yang saya buat, saya mendapat kritikan dari seorang teman bahwa cerpen
saya itu terasa hambar dan tidak memiliki klimaks yang pas. Kemudian terus saya
mencoba membuat beberapa cerpen lagi dan saya pun mendapat beberapa kritik yang
berbeda, namun yang membuat saya menjadi sedikit bingung adalah mengenai ending
yang mudah ketebak. Saya rasa ending yang mudah ketebak itu hal yang sering kita
temui dalam beberapa karya, hanya saja bagaimana perjalanan sang tokoh mencapai
ending itulah yang harus di perbaiki sehingga tidak menjadikan pembaca sebagai
pemandu cerita kita akan tetapi cerita kita yang harus memandu pembaca.
Dari
sekian kritik yang saya dapatkan, ada pula kritik-kritik yang malah membuat
saya terbuai. Misalnya saja ada yang mengatakan bahwa cerpen saya bagus, bikin
sedih dan lain sebagainya. Hal semacam ini kadang membuat diameter kepala saya
membesar seperti sebuah balon yang hendak membawa tubuh terbang keangkasa. Rasa
sombongkah ini atau rasa puas.
Impian
saya yang satu ini, saya rasa tidak akan pernah tergeser atau memudar. Diakui
sebagai penulis atau tidak, pada akhirnya saya akan tetap menulis mencoba untuk
membagi kisah kepada para pembaca dengan harapan ada sedikit hikmah yang
tertanam dan mampu dipetik dan diamalkan oleh para pembaca, sehingga itu
menjadi ladang amal bagi saya.
Blog
diary peci putih ini adalah perwujudan dari impian saya itu, sehingga satu dua
komentar para pembaca sangat saya harapkan, tentu komentar yang membangun saya
menjadi seorang penulis yang lebih baik lagi. Saya pun memiliki beberapa blog
yang juga saya buat sebagai langkah awal menjadi penulis diantaranya
sina-na.blogspot yang memuat beberapa karya tulis berupa makalah dan puisi. Dan
samawa99.blogspot yang berisi artikel tentang keluarga (mohon maaf blog yang
satu ini belum memiliki banyak postingan).
Dan pada
akhirnya saya sangat berharap kepada semua teman dan pembaca untuk memasukan
penulis dalam daftar impian kalian, tuliskan apa saja yang kiranya bisa
bermanfaat bagi khalayak umum, dengan begitu setidaknya kita mempunyai nilai
lebih. Banyak diantaranya hasil karya tulis yang mampu mempengaruhi banyak
orang seperti halnya buku mini novel tentang siksa neraka yang diantara kita
pernah membacanya, buku ini mempengaruhi pola pikir kita untuk menjai seorang
anak yang baik. Juga buku Das Kapital karya Karl Marx.
Ada
banyak keuntungan yang didapatkan ketika kita menulis. Dan saya tidak tahu satu
alasanpun untuk tidak mempunyai impian menjadi seorang penulis.